Pertama, penuntut ilmu hendaknya menyucikan dan membersihkan hati dari segala kepalsuan, noda hati, dengki, iri hati, aqidah yang buruk dan akhlak yang tercela. Hal ini dimaksudkan supaya penuntut ilmu mudah menerima ilmu, menghafal, menyingkap makna- makna yang terdalam dan memahami makna-makna yang samar.
Kedua, penuntut ilmu hendaknya membagusi niat dalam mencari ilmu, yakni semata-mata untuk mencari ridlo Allah, mengamalkan ilmu, menghidupkan syariat, menerangi hati ,
Menghias hati dan mendekatkan diri kepada Allah. Tidak bertujuan duniawi, baik berupa kepemimpinan dan jabatan, harta benda, keunggulan atas teman-temannya, penghormatan masyarakat, dan tujuan yang semacamnya.
Ketiga, penuntut ilmu hendaknya bergegas menuntut ilmu diusia muda dan mayoritas usia hidupnya. Apalagi penuntul ilmu tergoda dengan sikap menunda-nunda dan berkhayal saja, karena setiap waktu yang telah berlalu tidak bisa diganti lagi.
Penuntut ilmu semaksimal mungkin berusaha melepaskan diri dari hal-hal yang menyibukan diri dan merintanginya dalam menuntut ilmu secara total, ijtihad maksimal dan sungguh-sungguh dalam meraih ilmu. Sesungguhnya hal yang demikian itu merupakan 'perampok belajar '.
Keempat, penuntut ilmu hendaknya bersikap menerima apa adanya terhadap makanan maupun pakaian yang dimilikinya. Berbekal sikap sabar atas kondisi ekonomi yang pas-pasan, maka penuntut ilmu dapat meraih keluasan ilmu, mengumpulkan kepingan-kepingan hati dari aneka ragam angan-angan kosong, dan mengalir sumber hikmah dari dirinya.
Imam Syafii RA berkata, "Sesungguhnya tidak akan sukses orang yang menuntut ilmu disertai kehormatan diri dan ekonomi melimpah. Akan tetapi orang yang menuntut ilmu disertai kerendahan diri, ekonomi Sederhana dan berkhidmah kepada ulama lah yang akan sukses."
Artikel diambil dari Ngaji Bareng KMNU Padjadjaran kitab Adabul 'alim Wal Muta' Alim karya KH Hasyim Asyari
Blogger Comment
Facebook Comment