Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi yang sangat besar sekaligus memiliki perhatian yang sangat besar juga terhadap kebudayaan masa lalu dan pelestariannya. NU juga memiliki paradigma yang moderat dan terbuka terhadap keberadaan kebudayaan lokal di tanah air Indonesia. Dibuktikan dengan sikap tawassuth dalam menyikapi budaya, dengan sikap ini NU tidak apriori menerima atau menolak salah satu dari keduanya.
Hal ini dapat dibuktikan pada aspek pelaksanaan tradisi ritual keagamaan yang dilaksanakan oleh warga NU yang ternyata memiliki kaitannya dengan tradisi-tradisi keagamaan masa lampau. Salah satu contohnya adalah budaya seni hadroh. Hadroh merupkan salah satu seni musik kesenian tradisi islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati maulid nabi dikalangan umat islam. Kesenian yang menggunakan syair-syair bahasa arab, sholawat maupun syair-syair islami yang menceritakan sifat-sifat nabi dalam keteladanan akhlaqnya.
*Sekilas sejarah seni hadroh
Seni hadroh merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan umat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan umat Islam. Kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat Islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. Perkembangan musik hadrah di Indonesia tidak terlepas dari peranan Ikatan Seni Hadrah Indonesia (Ishari). Ishari adalah salah satu badan otonom yang berada di bawah organisasi Nahdlatul Ulama (NU), disahkan pada tahun 1959. Pengorganisasian dan nama ISHARI diusulkan oleh salah seorang pendiri NU yakni KH Wahab Chasbullah. Sedangkan sejarah hadra sendiri pertama kali ada di Provinsi Jambi bernama Sambilan. Singkatan dari nama-nama pendirinya: Safaidin, Ahmad, Marzuki, Burhanudin, Ibrohim, Jalil, Ahmad Jalil dan Nawawi. Diperkirakan Sambilan lahir tahun 1943 (www.pesantrenglobal.com)
Sampai saat ini perkembangan kesenian hadroh terus di lestarikan oleh warga Nahdlatul Ulama, semua itu tentunya mempunyai pedoman atau prinsip “Almuhafadhatu ‘ala al-qadimi al-shalih wa al-akhzu bi al-jadidil-ashlah (Mempertahankan tradisi baru yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik). Jadi budaya lama yang masih relevan terus dijaga dan dilestarikan, sementara budaya baru akan diterima setelah dilakukan penyaringan dan penyesuaian. Dapat juga diartikan menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang (masa depan).
Contoh masa yang akan datang yaitu salah satunya dibuktikan dengan terus berkembangnya seni hadroh dari berbagai pesantren dan organisasi Nahdlatul Ulama yang terus menciptakan varias-variasi baru pada penabuhan seni hadroh dan menciptakan syair-syair baru sehingga para pencinta seni hadroh tidak bosan untuk mendengarkannya.
Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) merupakan organisasi baru dibawah kendali Nahdlatul ulama yang didalam-nya adalah para mahasiswa yang latar belakannya adalah Nahdlatul ulama. Kmnu adalah salah satu organisasi yang menjaga dan melestarikan kebudayaan-kebudayan NU, salah satunya kebudayaan seni hadroh. Ada berbagai kampus yang masuk dalam KMNU salah satunya adalah KMNU PADJADJARAN. KMNU Padjadjaran merupakan cabang Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) ulama yang berasal dari kampus Universitas Padjadjaran.
Adanya kesenian hadroh di Kmnu Padjadjaran merupakan salah satu bentuk pelestarian kebudayan NU pada masa lampau untuk menjadikan kesenian hadroh pada masa kini agar lebih eksis lagi seiring berkembngnya music-music modern. Selain itu kesenian hadroh juga memberikan pahala kepada kita yang mendengarkan karena dalam seni hadroh lantunan lagunya berisikan tentang sholawat-sholawat kepada nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam.
Hal ini dapat dibuktikan pada aspek pelaksanaan tradisi ritual keagamaan yang dilaksanakan oleh warga NU yang ternyata memiliki kaitannya dengan tradisi-tradisi keagamaan masa lampau. Salah satu contohnya adalah budaya seni hadroh. Hadroh merupkan salah satu seni musik kesenian tradisi islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati maulid nabi dikalangan umat islam. Kesenian yang menggunakan syair-syair bahasa arab, sholawat maupun syair-syair islami yang menceritakan sifat-sifat nabi dalam keteladanan akhlaqnya.
*Sekilas sejarah seni hadroh
Seni hadroh merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan umat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan umat Islam. Kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat Islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. Perkembangan musik hadrah di Indonesia tidak terlepas dari peranan Ikatan Seni Hadrah Indonesia (Ishari). Ishari adalah salah satu badan otonom yang berada di bawah organisasi Nahdlatul Ulama (NU), disahkan pada tahun 1959. Pengorganisasian dan nama ISHARI diusulkan oleh salah seorang pendiri NU yakni KH Wahab Chasbullah. Sedangkan sejarah hadra sendiri pertama kali ada di Provinsi Jambi bernama Sambilan. Singkatan dari nama-nama pendirinya: Safaidin, Ahmad, Marzuki, Burhanudin, Ibrohim, Jalil, Ahmad Jalil dan Nawawi. Diperkirakan Sambilan lahir tahun 1943 (www.pesantrenglobal.com)
Sampai saat ini perkembangan kesenian hadroh terus di lestarikan oleh warga Nahdlatul Ulama, semua itu tentunya mempunyai pedoman atau prinsip “Almuhafadhatu ‘ala al-qadimi al-shalih wa al-akhzu bi al-jadidil-ashlah (Mempertahankan tradisi baru yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik). Jadi budaya lama yang masih relevan terus dijaga dan dilestarikan, sementara budaya baru akan diterima setelah dilakukan penyaringan dan penyesuaian. Dapat juga diartikan menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang (masa depan).
Contoh masa yang akan datang yaitu salah satunya dibuktikan dengan terus berkembangnya seni hadroh dari berbagai pesantren dan organisasi Nahdlatul Ulama yang terus menciptakan varias-variasi baru pada penabuhan seni hadroh dan menciptakan syair-syair baru sehingga para pencinta seni hadroh tidak bosan untuk mendengarkannya.
Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) merupakan organisasi baru dibawah kendali Nahdlatul ulama yang didalam-nya adalah para mahasiswa yang latar belakannya adalah Nahdlatul ulama. Kmnu adalah salah satu organisasi yang menjaga dan melestarikan kebudayaan-kebudayan NU, salah satunya kebudayaan seni hadroh. Ada berbagai kampus yang masuk dalam KMNU salah satunya adalah KMNU PADJADJARAN. KMNU Padjadjaran merupakan cabang Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) ulama yang berasal dari kampus Universitas Padjadjaran.
Adanya kesenian hadroh di Kmnu Padjadjaran merupakan salah satu bentuk pelestarian kebudayan NU pada masa lampau untuk menjadikan kesenian hadroh pada masa kini agar lebih eksis lagi seiring berkembngnya music-music modern. Selain itu kesenian hadroh juga memberikan pahala kepada kita yang mendengarkan karena dalam seni hadroh lantunan lagunya berisikan tentang sholawat-sholawat kepada nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam.
Tidak hanya pelestarian pada kebudayaan seni hadroh saja, KMNU Padjadjaran juga menjaga dan melestarikan tradisi-tradi NU atau tradisi pesantren yang sudah ada sejak dulu, seperti pembacaan tawasul atau tahlil, yasinan, ngaji kitab kuning, ngaji bandungan, marhabanan atau pembacaan Al barjanzi, sholawatan, dan latihan MTQ.
Semua itu tentunya adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umat dan dan diharapkan kepada semua KMNU khususnya KMNU Padjadjaran bisa membumikan kampusnya dengan ajaran-ajaran Aswaja. Juga diharapkan sesuai dengan tujuan didirikannya NU yaitu:
1. Memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan, ajaran islam Ahlussunah wa al-jama’ah yang menganut pola madzhab empat yaitu Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali.
2. Mempersatukan langkah para ulama dan pengikut-pengikutnya
3. Melakukan kegiatan-kegitan yang yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat serta martabat manusia.
(red/muhtar)
Blogger Comment
Facebook Comment